What I wish I’ve Known in My Early 20’s

Bagikan ke

“What I wish I’ve Known in My Early 20’s”. Jika mendengar atau membaca kalimat tersebut, kira-kira apa yang terbesit di dalam pemikiran teman-teman?

Mungkin kita yang berusia di atas 20 tahun memiliki banyak sekali penyesalan dan pemikiran “seandainya dulu ….” Begitu juga harapan dari diadakannya Teras Belajar kali ini, dengan tema tersebut harapannya teman-teman bisa mempelajari banyak hal yang mungkin memiliki kesamaan permasalahan dengan ketiga narasumber, sehingga bisa menjadi bekal agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Tema tersebut juga identik dengan istilah Quarter Life Crisis yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, bukan? Banyak yang menganggap hal tersebut sebuah ketakutan karena akan dihadapkan dengan banyak keadaan yang tak sesuai harapan, tapi ada pula yang menganggap sebuah proses pendewasaan.

Wajar memang ketika di usia awal 20-an kita masih memegang idealisme kita masing-masing dan bercita-cita setinggi mungkin. Namun, tak jarang pula pada usia tersebut kita dihadapkan dengan penolakan atau kegagalan yang bertubi-tubi.

Sama halnya dengan ketiga narasumber kita pada malam hari itu, pada saat usia mereka menginjak kepala dua, Kak Ara, Kak Dinar, dan Kak Ano mengalami berbagai potongan kisah kehidupan yang beragam. Mulai dari Kak Dinar yang ingin mejadi reporter namun ditolak hingga 17 kali. Selanjutnya, Kak Ano yang mengalami kehampaan dalam dirinya padahal hampir semua sudah berhasil dicapainya. Terakhir, Kak Ara yang menyesali bahwa ketika kuliah dulu ia hanya terfokus pada pencapaian goals nya hingga melupakan untuk menjalin pertemanan dengan lingkungan sekitar.

Terdapat tiga pesan utama dari setiap narasumber pada malam hari itu yang dapat kita ingat dan jadikan pelajaran.

Pertama, ditolak hingga 17 kali bukan angka yang sedikit, bukan? Namun, jika kita menyerah, kita tidak akan tahu letak kesuksesan kita terdapat di angka ke berapa. Terkadang, menjadi orang idealis memang baik, tapi ada kalanya tetap harus realistis. Butuh proses yang cukup panjang memang  dalam penerimaannya, tetapi percayalah bahwa Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi kita.

Bagi teman-teman yang sudah memiliki idealisme dengan rencana hidup yang dimiliki, coba buat perencanaan sebanyak mungkin. Bukan hanya hingga rencana B dan C, tapi bahkan hingga Z sekalipun agar tidak terlalu kecewa ketika kita mengalami kegagalan pada rencana pertama kita. Terakhir dari Kak Dinar, be calm and just let it flow.

Kedua, Kak Ara. Bisa dibilang Kak Ara ini adalah salah satu orang yang selalu berhasil mencapai apa yang diharapkannya karena Kak Ara selalu tahu cara menyusun milestones untuk mencapai hal yang diinginkannya. Meskipun demikian, ada satu hal yang membuat Kak Ara cukup menyesal, yaitu ketika dia kehilangan momentum untuk menjalin pertemanan lebih banyak lagi tanpa melibatkan kepentingan di dalam pertemanan tersebut.

Semakin dewasa seseorang, maka akan semakin sedikit pula jumlah teman yang dimiliki. “Kita tidak akan pernah tahu akan menjadi apa atau siapa teman kita di masa depan,” tuturnya. Maka, bagi teman-teman yang masih memiliki kesempatan memperbanyak relasi, buatlah pertemanan yang tulus sebanyak mungkin karena barangkali kelak mereka yang akan menolong kita.

Sedikit berseberangan dengan Kak Dinar yang meminta kita untuk just let it flow dan Kak Ara yang meminta untuk menjalin relasi sebanyak mungkin, Kak Ano justru merasa sudah melakukan hal itu semua. Masalahnya, dia tetap merasa ada yang kurang meskipun banyak pencapain yang sudah berhasil diraih. Dari keadaan tersebut, Kak Ano mulai mencoba berinvestasi pada dirinya sendiri dengan membaca buku. Salah satu buku yang direkomendasikan yaitu The Project of Hapiness. Ia mengaku bahwa sebelumnya ia sama sekali tidak suka membaca buku, tetapi setelah berhasil melakukannya ia merasa ruang yang awalnya hampa tersebut menjadi terisi dan dia lebih tahu bagaimana harus bersikap terhadap dirinya yang dulunya selalu merasa tidak puas dan iri dengan lingkungannya.

Sedikit tips dari Kak Ano untuk bisa membiasakan diri membaca: membacalah di keadaan yang ramai, misal saat menunggu atau saat di dalam transportasi umum, dibanding scrolling social media lebih baik scrolling e-book, bukan?

Beberapa dari teman-teman mungkin masih suka merasa bahwa kegagalan adalah sebuah akhir dari perjuangan. Namun, mengutip dari Kak Ara yang ketika ditanya tentang kegagalan yang dialami, “Kegagalan itu tidak ada. Yang ada hanyalah keberhasilan dan pembelajaran. Ketika teman-teman belum berhasil mencapai apa yang diharapkan jadikan hal tersebut sebagai pembelajaran untuk dievaluasi dan diperbaiki agar berhasil ke depannya.”

Tonton selengkapnya di youtube kita!

 

Follow us