Ada banyak faktor yang dapat menentukan hasil dari proses complex problem solving. Terkadang, banyak dari faktor tersebut berasal dari lingkungan sekitar kamu. Namun, aspek-aspek dari kognisi kamu juga bisa bermain peran. Maka, dalam memecahkan masalah, mindset atau pola pikir yang kamu pegang bisa menentukan seberapa efektif proses problem solving yang kamu laksanakan untuk mencapai sebuah solusi.
Di TED Talk-nya, pesulap profesional Collins Key menyebutkan tiga aspek kognisi manusia yang bisa menghalangi proses pemecahan masalah. Ketiga aspek tersebut adalah miskonsepsi (kesalahpahaman bahwa masalah kompleks harus memiliki solusi yang rumit), asumsi (pengetahuan yang dimiliki individu), dan ekspektasi (solusi yang diharapkan individu).
Sebagai pesulap, Key bekerja untuk membuat ilusi yang sebenarnya hanya tersembunyi di depan mata penontonnya. Ia mengatakan bahwa menipu penonton dewasa lebih mudah dibanding anak-anak. Mengapa? Karena pengalaman dan pengetahuan yang dikumpulkan individu dewasa selama hidupnya dapat membentuk miskonsepsi, asumsi, dan ekspektasi yang dapat mengganggu persepsi mereka terhadap sebuah masalah.
Pemahaman ini berhubungan dengan penemuan Tom Wujec, seorang pengusaha dan penulis, mengenai “marshmallow problem”. Apakah kamu akrab dengan permainan spaghetti tower? Permainan ini sering diberikan kepada karyawan maupun siswa sebagai latihan team building. Untuk bermainnya, diperlukan sekelompok individu (sekitar 4 orang) yang bertugas untuk membuat menara dari stik spageti mentah yang pada akhirnya harus bisa menyeimbangkan satu butir marshmallow di atasnya.
Wujec menemukan bahwa anak-anak cenderung memiliki kesempatan berhasil yang lebih tinggi dibanding dewasa dalam permainan ini. Mereka mampu berpikir secara kreatif tanpa dihalangi miskonsepsi, asumsi, dan ekspektasi. Sebaliknya, perhatian mereka berpusat pada masalahnya secara objektif — yaitu marshmallow-nya — , dan membangun solusi dari masalah tersebut.
Ahli psikoterapi, Dr Mel Gill, menekankan pentingnya pengadopsian solution-focused mindset — pola pikir yang berpusat pada pencarian solusi — dalam bertindak dan membuat keputusan di hidup kita. Dr Gill mengutip istilah possibility thinking. Biasanya, kita terhalang untuk melakukan suatu hal atau menghadapi sebuah masalah kompleks karena kita diberitahu — orang lain maupun diri sendiri — bahwa hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Maka, kita harus melawan pemikiran tersebut dengan memegang mindset bahwa masalah yang kita hadapi bukanlah masalah, tetapi hanya situasi yang harus kita lewatkan. “You don’t have problems, you have situations.” Dengan ini, kita akan terhalang untuk merenung dalam konsekuensi dari masalah, melainkan didorong untuk memecahkannya.
Kemudian, Dr Gill juga menceritakan anekdot tentang seorang rainmaker — orang yang melakukan ritual, seperti menari, untuk menyebabkan hujan turun — yang memiliki tingkat keberhasilan 100%. “Mengapa rainmaker tersebut bisa selalu berhasil menurunkan hujan?”, ucap Dr Gill. “Karena ia akan terus menari hingga hujan turun.”
Yang ingin disampaikan Dr Gill adalah bahwa kita harus memandang bahwa masalah yang kita hadapi dapat diselesaikan, dan kita memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya. Ketika kita yakin akan kemampuan diri sendiri, kita mampu memandang situasi yang kita hadapi secara objektif. Kita mampu memandang marshmallow yang ada di hadapan kita dengan sepenuhnya.
Referensi
TED (2010, April 22). Build a tower, build a team | Tom Wujec [Video file]. https://www.youtube.com/watch?v=H0_yKBitO8M&t=1s
TEDx Talks (2016, August 8). Uncommon sense: Moving from a problem-focused to solution-focused mindset | Mel Gill | TEDxVarna [Video file]. https://www.youtube.com/watch?v=9jv4hIsNR1k
TEDx Talks (2017, December 19). The surprising secret that solves your problems quickly | Collins Key | TEDxSantaBarbara [Video file]. https://www.youtube.com/watch?v=tEPEHpgK09Q&t=18s
