Mengenal Filosofi Kepemimpinan melalui Batik

Bagikan ke

Batik bukan sekedar kesenian yang menjadi ciri khas budaya Indonesia, tetapi batik memiliki filosofi kepemimpinan yang menjadi identitas bangsa. Batik menjadi hilang maknanya jika hanya dipahami sebagai atribut yang umum digunakan ketika acara resepsi pernikahan atau acara formal lainnya. Mari kita mengenal batik dilihat berdasarkan filosofi kepemimpinan agar kita tidak hanya sekedar bangga memilikinya sebagai warisan budaya, tetapi juga mampu menghayati makna filosofi kepemimpinan itu sendiri.

Iwarebatik.id yang merupakan sebuah platform digital yang bergerak untuk membangun kesadaran orang-orang mengenai nilai-nilai budaya pada batik, memaparkan beberapa batik dengan makna filosofi kepemimpinannya.

Batik Mega Mendung

Foto: Vecteezy

Batik ini merupakan motif batik dari Jawa Barat. Motif ini ditemukan oleh seorang Raja Kerajaan Pajajaran (923-1428) selama meditasinya untuk mencari petunjuk di tengah peperangan. Kata “Mega” berarti sinar matahari, dan “Mendung” adalah kata dalam bahasa Indonesia yang berarti awan yang menutupi matahari. Motif awan ini menyiratkan tetap tenang dan tenang dalam situasi apapun, dan menjadi pemimpin yang inspiratif dan berjiwa luhur yang melindungi dan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

Batik Barong Bali

Foto: Infobatik.id

Sebagaimana namanya, motif batik ini berasal dari Bali. Sedangkan nama Barong mengacu pada hewan mitologis dengan kekuatan supranatural. Makhluk Barong ini merupakan gabungan antara singa atau harimau (badan, kaki, mata), elang, gajah, dan naga (mulut menyeringai dengan lidah panjang), yang banyak dijumpai dalam banyak kesenian Jawa dan Bali. Motif ini mewakili kekuatan dan kejantanan. Ini juga menandakan filosofi bahwa manusia memiliki dua sisi karakter. Seseorang perlu menjinakkan keinginan dan godaannya yang jahat agar dapat berkembang sepenuhnya sebagai manusia yang dewasa dan bijaksana.

Batik Tangerang Herang

Foto: Kompasiana

Motif Tangerang Herang merupakan lambang kota Tangerang, Banten. Ini merupakan kombinasi dari beberapa motif, antara lain paviliun rumah, sepuluh pintu, perahu, dan bunga melati. Paviliun rumah mewakili gedung pemerintah pusat kota Tangerang, sedangkan lambang sepuluh pintu melambangkan Sepuluh Pintu Air Tangerang. Perahu tersebut melambangkan Perahu Naga yang merupakan salah satu olahraga yang biasa dilakukan di Sungai Cisadane. Bunga melati adalah simbol yang didedikasikan untuk memperingati Nyi Mas Melati (Lady Golden Jasmine), seorang pahlawan wanita lokal yang berperang melawan penjajah Belanda di abad ke-19.

Batik Pucuk Rebung

Foto: Pinterest

Motif batik Pucuk Rebung berasal dari Riau. Pucuk Rebung melambangkan keteguhan hati dalam meraih cita-cita, keberuntungan dan harapan. Itu juga melambangkan keterbukaan hati dan semangat persatuan di masyarakat Riau. Motif ini tergolong motif melayu yang melambangkan pohon bambu yang tidak mudah roboh, meski terkena angin kencang.

Batik Abimanyu

Foto: Pinterest

Motif batik Abimanyu berasal dari Yogyakarta. Motif ini merupakan motif klasik kerajaan Mataram. Ini menyiratkan harapan agar pemakainya memiliki keberanian dan kearifan sebagai sosok ksatria Jawa yang patut dicontoh dalam epik kisah Mahabharata, Pangeran Abimanyu.

Batik Kawung Mataram

Foto: Infobatik.id

Motif batik Kawung Mataram berasal dari Yogyakarta. Motif Kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram (1593 – 1645) sebagai hadiah simbolis untuk putranya pada saat upacara suksesi kekaisaran. Polanya mengandung nilai filosofis yang dalam: itu melambangkan manifestasi dari Empat Kekuatan Inti alam semesta (angin, air, api, bumi). Ini juga merupakan pengingat halus bahwa seorang pemimpin harus menguasai empat kemampuan komunikasi: kemampuan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, memiliki komunikasi batin dengan diri sendiri, untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, dan untuk berkomunikasi dengan alam. Motif kawung menyampaikan keinginan agar pemakainya tumbuh menjadi orang yang unggul dan berguna di masyarakat.

Batik Parang Rusak

Foto: Pinterest

Motif batik Parang Rusak berasal dari Yogyakarta. Selain keberanian dan ketabahan, motif ini juga menandakan bahwa pemakainya adalah jiwa yang tak tertaklukkan, yang dilambangkan dengan pola bergelombang seperti keris keris dan ikal ombak lautan. Pemakai Parang Rusak adalah akhlak mulia yang mampu mengendalikan gelombang godaan yang terus menerus dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena itu, motif ini dikhususkan untuk bangsawan.

Perlu kita ketahui bahwa batik telah menjadi warisan budaya yang diakui oleh UNESCO sejak tahun 2009. Memaknai batik lagi-lagi bukan tentang bagaimana kita sekedar mengenakannya di acara-acara formal. Tetapi, lebih dari itu, kita sebaiknya mencoba mendalami makna filosofi kepemimpinan yang terdapat di dalam batik. Lalu, menjadikan inspirasi kita dalam berkehidupan sehari-hari karena batik bukan hanya sekedar warisan yang harus dijaga, tetapi identitas bangsa yang harus tercermin melalui sikap kepemimpinan orang-orang Indonesia di setiap harinya.

Selamat memeringati hari Batik nasional!

Follow us