Keterbatasan pengetahuan tentang virus baru Covid-19 menimbulkan ketakutan dan stres di tengah masyarakat. Berjuta tanya pun muncul dari situasi yang penuh ketidakpastian ini. Kapan pandemik berakhir? Kapan vaksin corona bisa ditemukan? Bagaimana perekonomian? Apakah saya bisa mengikuti rapid tes atau justru para anggota dewan?
Belum lagi gempuran informasi yang kita terima tanpa adanya filter, semakin memperparah perasaan tersebut.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, prevalensi depresi total penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun di Indonesia mencapai 6,1%. Dan umumnya, wanita lebih rentan mengalami stres atau depresi.
Ukur tingkat stress kamu di sini
Gejala stres akan berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang mengalami sakit kepala, serangan panik, insomnia, penurunan dan kenaikan berat badan yang drastis, kesulitan konsentrasi, asam lambung meningkat, mudah marah dan gangguan lainnya. Menurut Jill Goldstein, profesor psikiatri dan kedokteran di Harvard Medical School, stres tidak hanya mempengaruhi ingatan, fungsi otak lainnya, seperti suasana hati dan kecemasan, serta peradangan pada kesehatan jantung.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan, maka manajemen stres sangat perlu dilakukan. Tanpa kesehatan yang prima, bagaimana seorang pemimpin mampu menjalankan tugasnya secara efektif?
Kita bisa saja mengacuhkan stres dan berharap bahwa ini akan berlalu. Padahal semakin kita menghindarinya, stres justru akan melumpuhkan peran kepemimpinan yang efektif dari diri seorang pemimpin. Tidak hanya virus corona, menurut penelitian stres yang kita rasakan dapat menular kepada seluruh tim. Tentu ini dapat mengganggu produktivitas keseluruhan.
Baca Juga :
Tips Ini Bantu Jaga Produktifitas Tim Kerjamu, Berani Coba?
Lalu bagaimana kita mengatasinya ? Kamu dapat mencoba manajemen stres dari Profesor Jennifer Jordan, seorang psikolog sosial dan profesor di bidang kepemimpinan serta perilaku organisasi dari IMB Business School berikut :
- Berpikir Relatif dan Rational
Ketakutan berlebihan pada sesuatu, membuat kita berpikir ancaman yang muncul menjadi lebih besar. Padahal belum tentu, coba pastikan lagi apakah dampak ketakutan itu nyata atau hanya perasaan. Jika nyata, tanyakan beberapa pertanyaan berikut pada dirimu. Hal terburuk apa yang bisa terjadi? Bisakah kamu menerimanya? Jika tidak, apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampaknya?
- Cari Saran dari Pihak Luar
Berkonsultasi dengan orang yang kita anggap ahli atau mumpuni terkait apa yang sedang kita hadapi dapat membantu manajemen stres mu untuk sukses. Mundur selangkah untuk memikirkan strategi dan peluang selanjutnya dapat membantumu menemukan kekuatan diri.
- Antisipasi
Mempersiapkan rencana untuk masa depan akan mengurangi ketidakpastian dan membantu mengelola sumber daya yang dimiliki. Namun, perlu diingat antisipasi adalah pisau bermata dua. Kita tidak pernah tahu pasti tentang masa depan, yang bisa kita lakukan adalah mengupayakan yang terbaik untuk saat ini.
- Cari Perspektif Lain
Langkah selanjtunya dalam manajemen stres adalah mencoba sudut pandang lain pada penyebab stres. Misalkan memimpin lebih banyak anggota tim adalah sebuah stresor yang negatif atau positif. Mengutip pernyataan Uncle Ben dalam Film Spiderman (2002), “With great power comes great responsibility”, hal ini tentu dapat memicu stres, tapi juga menjadi kesempatan untuk belajar.
Baca Juga :
Tak Perlu Ragu Lagi, Kamu Pasti Salah
- Berlatih meditasi
Kita bisa mengikuti meditasi daring saat pandemik corona ini sebagai salah satu proses manajemen stres. Beberapa akun media sosial seperti @pishiyoga @rumahremedi.id @pranichealingindonesia @adjiesantosoputro rutin mengadakan meditasi bersama untuk menyebarkan energi positif. Pikirkan hal-hal yang memberi nilai pada hidup kita, berpikir positif dan bersyukur akan membantu mengurangi kecemasan.
Di lansir dari Harvard Medical School, dalam menghadapi situasi stres misalkan seperti pandemik corona saat ini, agar lebih rileks kita bisa mencoba melakukan yoga, meditasi dan latihan pernafasan. Kamu bisa mencoba beberapa teknik pernafasan yoga berikut
- Nadi Sodhana/ Alternate Nostril Breathing
Hadapkan tangan kanan ke wajah, tekuk telunjuk dan jari tengah. Jari manis untuk menekan lengkungan hidung kiri, dan ibu jari untuk menekan lengkungan kanan. Ini dinamakan Wisnu Mudra. Tutup lubang hidung kiri, tarik nafas panjang dari lubang kanan kemudian tutup. Silakan buang nafas dari lubang hidung kiri senyamannya. Lakukan sebaliknya dalam beberapa kali pengulangan
2. Anuloma Viloma/ Alternate Nostril Breathing with Retention
Teknik satu ini mirip dengan teknik pernafasan di atas, namun ada penahanan sebelum exhale. Perlahan tingkatkan durasi penahanan nafas misalkan 4, 6, atau 8 hitungan.
3. Ujjayi Breathing/ Victorious Breathing
Mulut ditutup, fokus bernafas dari hidung. Saat melakukan exhale kecilkan saluran pernafasan di tenggorokan sehingga terdengar seperti suara desiran angin atau seperti mengucapkan huruf H. Keras lembutnya suara desiran, tergantung pada sistem pernafasan masing-masing. Bukan karena sehat atau tidaknya tubuh.
4. Kaphala Bhati
Pernafasan ini masuk kategori Kriya/ Pembersihan, bisa menjadi latihan rutin agar pernafasan tetap sehat saat pandemik corona. Caranya, duduk dalam posisi senyamannya, inhale panjang, lalu saat exhale hentakan nafas beberapa kali sambil menarik perut ke dalam
Saat melakukan yoga atau meditasi dan diikuti dengan pernapasan lambat dan dalam akan memicu rangsangan respons fisiologis yang mempercepat Anda menuju ke kondisi relaksasi yang lebih lengkap, dibandingkan dengan latihan yang lebih pasif.
Selamat mencoba!