Foto: Kobu Agency – Unsplash.com
Selandia Baru pada 8 Juni 2020 lalu menjadi sorotan dunia setelah berhasil membebaskan diri dari COVID-19. Keberhasilan Selandia Baru keluar dari krisis COVID-19 tidak lepas dari peran kepemimpinan Perdana Menterinya. Strategi kepemimpinan Jacinda Ardern terbukti mampu membawa Selandia Baru terlepas dari krisis COVID-19. Strategi yang dilakukan Ardern menarik untuk dianalisis agar ke depannya kita dapat lebih taktis dalam menghadapi krisis.
Selandia Baru memenangkan pertarungan melawan pandemi COVID-19 setelah dokter mengizinkan pulang pasien terakhir. Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru saat ini, mendeklarasikan kemenangan negaranya setelah tidak ada lagi kasus baru sejak pertengahan Mei 2020..
COVID-19 adalah virus yang berbeda dari virus-virus pada umumnya. Cara penularannya yang cepat dan dampak buruknya terhadap manusia membuat virus ini perlu diatasi dengan serius. Melihat sifat unik dari virus ini, penangannya pun tidak bisa dengan pendekatan kepemimpinan yang biasa seperti perintah dari atas kebawah saja.
Apa sebenarnya yang dilakukan Ardern sehingga Selandia Baru bisa bebas dari COVID-19? Ardern melakukan beberapa strategi kepemimpinan yang efektif untuk mengatasi krisis. Ardern berhasil membangun narasi yang dijadikan tujuan bersama oleh masyarakat. Ada 3 strategi utama yang dilakukan oleh Ardern untuk mengatasi COVID-19, yakni mempercayakan hal krusial pada ahlinya, memobilisasi upaya kolektif (collective effort), dan aktif mengatasi krisis (Wilson, 2020).
Penanganannya COVID-19 memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif (Wilson, 2020). Sehingga penciptaan tujuan bersama jadi hal yang urgent untuk dilakukan. Ardern, sebagai Perdana Menteri, adalah komunikator yang baik. Ia mampu mengomunikasikan narasinya terhadap COVID-19 menjadi narasi bersama yang dijadikan tujuan bersama. Di saat negara-negara lain mendeklarasikan narasi “Perang melawan COVID-19”, Ardern mendeklarasikan “Bersatu melawan COVID-19”. Hal ini mengondisikan seluruh warga masyarakat berada pada sisi yang sama, bersatu melawan COVID-19. Rasa tersebut memicu masyarakat untuk patuh terhadap anjuran pemerintah.
Poin pertama yang dapat dipelajari dari kesuksesan Ardern menaklukkan COVID-19 di Selandia Baru adalah kesediaannya dipimpin (atau mendengarkan atau dibimbing) oleh para ahli yang relevan dengan pandemi COVID-19. Ardern merelakan dirinya untuk mendengar masukan dan nasihat dari para ahli berdasarkan data, fakta, dan temuan di lapangan. Sehingga keputusan-keputusan yang diambilnya berlandaskan pada dasar yang kuat yakni sains. Bahkan dalam setiap konferensi persnya Ardern selalu didampingi oleh seorang ahli, yakni Direktur Jenderal Kesehatan, Dr. Ashley Bloomfield. Hal ini menunjukan hubungan kerja sama antara pemerintah dan komunitas sains sangat baik sehingga Selandia Baru sangatlah diuntungkan dengan posisi tersebut. Shaun Hendry, profesor di Fakultas Sains Universitas Auckland pun mengamininya.
Poin kedua yang dapat dipelajari adalah kemampuannya memobilisasi collective effort. Ardern berhasil membuat masyarakat terlibat aktif dalam penanganan COVID-19. Ardern secara aktif memberikan informasi yang penting mengenai penanganan COVID-19 kepada masyarakat. Selain memberikan informasi yang penting, Ardern pun beberapa kali mengingatkan masyarakatnya akan dampak terburuk yang mungkin terjadi melalui pemodelan matematika. Hal ini cukup efektif untuk menimbulkan sense of urgency dari masyarakat sehingga lebih tergerak untuk bersatu dan berkontribusi untuk tujuan bersama melawan COVID-19.
Kemampuan Ardern berkomunikasi langsung dengan rakyat melalui facebook live-nya membuat masyarakat merasa dilibatkan secara utuh dalam penanganan COVID-19 ini. Pendekatan empati dan kebermaknaan menjadi cara yang efektif bagi Ardern ketika berkomunikasi dengan masyarakatnya.
Poin ketiga yang dilakukan oleh Ardern adalah aktif mengatasi krisis. Selain menggerakan orang lain, sebagai pemimpin Ardern aktif turun tangan langsung dalam mengatasi krisis ini. Misalnya dengan melakukan perencanaan dan menuangkannya dalam The Alert Level system. Sistem ini menjadi acuan bagi seluruh masyarakat untuk mengetahui status krisis COVID-19 di Selandia Baru. Setiap ada kenaikan dan penurunan status krisis, pemerintah secara transparan menyampaikan kepada publik tentang pertimbangan yang dijadikan landasan perubahannya. Hal ini menjadi efektif karena selain membangun budaya transparansi, publik juga jadi tahu progress dari penanganan COVID-19 ini.
Ardern juga aktif memberikan informasi pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk masyarakatnya menghadapi COVID-19. Hal ini sangat membantu masyarakat untuk tetap tenang dan solutif dalam menghadapi krisis. COVID-19 ini memang krisis yang belum pernah ada sebelumnya, sehingga pemimpin pun perlu kreatif untuk memberikan solusi bagi masyarakatnya. Hal ini pun dilakukan oleh Ardern, ia melakukan solusi-solusi kreatif seperti melakukan skema subsidi upah kepada para pekerja yang terdampak parah, melakukan pengiriman paket home schooling pada keluarga yang memiliki anak sekolah di rumahnya. Lebih dari 17.000 perangkat elektronik dipesan pemerintahnya untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh. Hal ini sangat memudahkan masyarakat untuk menghadapi krisis ini dengan lebih tenang.
Peran pemimpin di kala krisis memang jadi hal yang krusial. Kegagalan pemimpin dalam memimpin di kala krisis membuat organisasi chaos. Namun Ardern berhasil melewati ujian kepemimpinan ini dengan baik melalui strategi kepemimpinannya. Ia berhasil melibatkan expert, memobilisasi upaya kolektif (collective effort), dan aktif mengatasi krisis sehingga masyarakat bisa sepenuhnya percaya dengan kepemimpinannya. Praktik baik penanganan krisis ini perlu disebarkan seluas-luasnya sehingga jika krisis selanjutnya datang kita bisa lebih siap untuk menghadapinya.
