Semua orang pasti pernah merasa jenuh terhadap sesuatu, entah pekerjaan, hubungan sosial atau apapun sehingga mengganggu produktifitas hidup mereka. Pertanyaannya, apa yang kamu lakukan ketika sadar bahwa hatimu sedang dirundung perasaan tidak nyaman itu?
Mungkin beberapa orang mencoba untuk mencuri waktu dari orang terdekat agar mereka mau mendengarkan keluh kesahnya. Tapi, ada juga yang memilih diam dan menikmati waktunya sendiri dengan melakukan apapun yang dia suka. Kamu tergolong kelompok yang mana?
Untuk kamu yang sangat suka bercerita, coba ceritakan, bagaimana perasaanmu setelah ada telinga yang setia mendengarkanmu? Ah, pasti cukup melegakan, ya. Rasanya seperti ada sesuatu yang meringankan beban pikiran kita. Banyak yang bilang, terkadang ketika bercerita tentang perasaan gundah gulana kita kepada orang lain, didengarkan saja rasanya sudah cukup tanpa perlu orang itu menanggapi cerita kita. Betul begitu, kah Pemimpin Muda?
Lalu bagaimana denganmu yang memilih untuk mengambil waktu sendiri dengan melakukan sesuatu yag kamu suka? Sejauh mana rasa lega yang kamu rasakan?
Apapun cara yang kamu pilih, mengungkapkan sebuah beban rasa dan pikiran adalah sebuah keharusan. Jangan sampai rasa negatif yang ada di hati dan pikiran kita, justru memicu tumbuhnya penyakit. Manusia harus dapat menggunakan cara-cara kreatifnya untuk dapat mengolah rasa itu.
Sadar enggak, ketika kita bercerita, sebenarnya kita sedang mengeluarkan segala sesuatu yang membebani pikiran kita. Kita mengeluarkan itu lewat rangkaian kata yang kita sampaikan kepada orang yang kita percaya untuk mendengarkan kita. Jelas dong, apapun yang terasa negatif, ketika dikeluarkan dari dalam diri pasti efeknya terasa melegakan.
Pertanyaan yang sama, pernahkah kamu berpikir tentang sejauh mana rasa lega itu bertahan?
Selain bercerita atau menepi, sebenarnya ada cara lain yang bisa juga kamu lakukan untuk merilis semua rasa penatmu.
Gimana tuh, kak?
Jawabannya menulis.
Tidak sedikit orang yang sampai saat ini masih punya pemahaman yang keliru tentang menulis. Banyak yang mengira, menulis membutuhkan teknik khusus dan aturan baku. Hmm, mungkin iya jika itu terkait penulisan karya ilmiah. Namun dalam konteks healing atas sebuah emosi, menulis adalah ungkapan kebebasan sebagai manusia yang mampu berpikir dan merasa.
Sama halnya bercerita, dengan menulis kita bisa mengeluarkan semua uneg-uneg kita. Tapi tunggu dulu, serupa tidak berarti sama, ya. Ada hal mendasar yang jadi perbedaan antara bercerita dan menulis.
Seorang sastrawan dan penulis buku Bumi Manusia, Pramodya Ananta Toer pernah mengatakan, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Nah, dengan mengungkapkan perasaan dan pikiran kita lewat menulis, kita ikut mencatatkan perjalanan diri kita.
Memang apa pentingnya?
Coba kamu bayangkan hidup di masa lima tahun mendatang, lalu buka kembali buku catatanmu yang menggoreskan semua ceritamu di lima tahun ke belakang.
Kamu tidak hanya akan mendapat perasaan lega yang sifatnya hanya sementara (seperti ketika kita bercerita), tetapi juga kesadaran, bahwa kamu pernah ada di posisi jatuh, tapi sekarang sudah ada di level yang lebih tinggi dalam hidupmu. Itulah yang membuat kamu merasa selalu ingin bersyukur. Rasa positif inilah yang akan menyehatkan jiwa kita.
Selain kesehatan jiwa, menulis dapat membantu proses penyembuhan fisik lebih cepat. Begitu hasil penelitian “The Effects of Expressive Writing Before or After Punch Biopsy on Wound Healing” yang dilakukan oleh Hayley Robinson dan Elizabeth Broadbent dari Universitas Auckland. Sebanyak 52% dari partisipan penelitian yang menulis tentang trauma, sembuh lebih cepat dibanding yang menulis tentang hari esok.
Dengan banyaknya manfaat dari kegiatan satu ini, yuk mulai menulis sekarang . Torehkan apa yang kamu pikirkan, apapun yang kamu rasakan, apapun itu tentang dirimu. Ada sebuah kelegaan yang lebih dari sekadar bercerita, tak hanya saat ini, tapi juga kelak beberapa tahun mendatang.

Author: Pemimpin.ID
Pemimpin.id adalah sebuah Gerakan Pemberdayaan Kepemimpinan Indonesia melalui konten dan program kreatif.