Siapa yang tahu pasti apa yang menanti kita di masa depan? Begitu pun Edi Witjara, tidak pernah membayangkan mencapai posisi puncak di bidang yang 180 derajat berbeda dari keilmuannya di bangku kuliah, maupun career path sebelumnya. Sikap adaptif dan kepercayaan orang sekitar membawanya ke petualangan di berbagai bidang pekerjaan.
Mengawali karier sebagai periset new technology dan berlanjut ke finance, hingga dipercaya untuk memimpin divisi Human Resources (HR) membentuk Edi Witjara sebagai pembelajar yang tangguh. Dia menganggap setiap perubahan yang terjadi sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi.
Sejak Mei 2019, pria yang menjadikan sang ayah sebagai model kepemimpinannya ini ditunjuk sebagai Chief of Human Capital Officer PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), setelah sebelumnya dia berkontribusi di bidang keuangan.
Edi percaya, faktor pertumbuhan bisnis di sebuah perusahaan bukan melulu soal teknologi, tetapi juga tentang manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, berkecimpung di dunia HR menjadi tantangan tersendiri bagi lulusan Universitas Padjajaran ini.
Lantas, bagaimana cara Edy dalam memimpin karyawannya sebagai orang nomor satu di Telkom untuk divisi HR? Bagaimana pula Edi memacu tingkat produktifitas karyawannya di era yang kompetitif ini? Tim PemimpinId beberapa waktu lalu berkesempatan untuk mendokumentasikan obrolan santai dengan Edi Witjara di kantornya.
P : PemimpinId
E : Edi Witjara
>
P : Apa makna kepemimpinan bagi Bapak?
E : Kepemimpinan menurut saya adalah sesuatu yang harus terus diturunkan ke generasi berikutnya. Sehingga ketika kita memimpin suatu unit, lembaga, departemen atau organisasi, kita harus mempunyai keinginan, kemauan, dan kemampuan untuk menularkan hal-hal baik kepada generasi berikutnya.
P : Untuk mencapai kepemimpinan seperti itu, karakter apa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin?
E : Bagi saya, seorang pemimpin akan bagus manakala dia menjadi dirinya sendiri, sehingga nantinya bisa memengaruhi ekosistem yang ada di sekitar dia. Kalau kita bicara karakteristik apa yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin, tentunya karakteristik yang memang diperlukan di saat situasi itu ada.
Kalau menurut saya, seorang pemimpin ini harus menjadi role model. Untuk menjadi seorang role model, si pemimpin harus mau belajar, mendengar, dan tidak hanya punya visi atau cita-cita yang longterm, tetapi dia harus mampu memilih atau memprioritaskan mana yang akan dia lakukan sehingga terukur dan terimplementasi dengan baik.
P : Gebrakan apa yang sudah dilakukan ?
E : Sebagai perusahaan ICT di bidang Telko, industri ini adalah salah satu yang paling kena dampak disrupsi. Bagaimana mengatasinya? Jawabannya ada dalam inovasi. Inovasi yang kita butuhkan bisa lahir dari ide atau gagasan. Sehingga harus ada proses di perusahaan ini yang menawarkan ide-ide, baik untuk jangka pendek atau jangka panjang, termasuk ide untuk proses operasional atau ide akan memberikan value ke depannya.
Setelah ide divalidasi menjadi produk, produknya divalidasi lagi sampai tahapan akhir, yaitu market validation. Artinya kalau ide ini dari awal sudah direncanakan dengan baik pada akhirnya bisa diterima oleh market. Karena Telkom ini kan perusahaan terbuka yang profit oriented, tetapi juga sebagai agen pemerintah yang juga harus membantu menyukseskan program pemerintah.
P : Bagaimana kemudian Bapak membawa divisi Human Capital untuk membuat karyawan tetap nyaman menghadapi era yang makin kompetitif?
E : Kita punya jargon untuk karyawan agar selalu fun dan produktif. Jadi karyawan itu harus diukur produkfitasnya, mulai dari karyawan, unitnya, sampai lembaga yang lebih besar lagi. Kita punya instrumen pengukurannya baik secara makro atau bisnis. Secara bisnis itu ada pendapatan, ada EBITDA, jadi pendapatan dikurangi pengeluaran dengan biaya-biaya, itu menjadi EBITDA.
EBITDA itu yang kita bagi dengan jumlah resources yang ada, bisa dari induk perusahaan, anak perusahaan, atau dari grup yang lain. EBITDA tersebut mengindikasikan unit ini produktif atau tidak, setelah itu baru nanti turun bersama dengan karyawannya.
Di samping fun dan produktive, dari kami harus punya jargon blessed. Kita harus mendapatkan berkah sehingga meskipun bisnis kita jalan, kita enggak boleh lupa sama spiritual kita, sesuai dengan keyakinan yang dipeluk masing – masing dari karyawan.
P : Lalu apa visi dari Telkom?
E : Kita ingin menjadi perusahaan referensi untuk semua pihak dan stakeholder yang relevan agar dia ini bisa membantu menyejahterakan kehidupan bangsa. Saya sebagai bagian kecil yang membantu itu di Human Capital, membantu menyiapkan orang dan kompetesinya, kedalaman skill, membuat skema penilaian, serta renumerasi dan pensiunannya. Juga membuat mereka fun, productive, dan blessed.
P : Menurut Bapak, apa yang menjadi tantangan di dunia Human Capital? Lalu bagaimana strategi Anda untuk menghadapi tantangan tersebut?
E : Sekarang in line dengan pemerintah yang sudah sangat tepat menerapkan SDM Unggul. Kami sudah berpikir bahwa engine growth bisnis itu bukan lagi teknologi, melainkan orang. Jadi bagaimana kita investing people itu mandatory. Tahun depan itu kita siapkan satu triliun rupiah untuk meningkatkan kualitas SDM Telkom.
Agar terimplementasi dengan benar dan tepat mulai dari prosesnya sampai hasilnya harus bisa terukur. Bahkan bila dalam perjalanannya tidak tepat sasaran, akan kita hentikan. Jadi review itu juga akan dilakukan.
Tidak terasa 30 menit berlalu, jadwal kerja lain lulusan S3 Strategic Business Management ini pun sudah menanti. Kami pun harus menyudahi pertemuan siang itu. Sebelum mengakhiri wawancara, Edi menitipkan pesan bagi para pemimpin muda. Terus belajar, berani menghadapi tantangan baru, memperkaya sudut pandang dan pandai bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan sebagai bekal menuju kesuksesan.
Author: Pemimpin.ID
Pemimpin.id adalah sebuah Gerakan Pemberdayaan Kepemimpinan Indonesia melalui konten dan program kreatif.