Oleh: Fithriyah Saiidah (Intern web content writer)
Abstrak | Mengenali gaya kepemimpinan dalam memimpin tim merupakan hal yang seharusnya kamu ketahui, karena gaya kepemimpinan merupakan karakteristik seorang pemimpin untuk memotivasi, mengarahkan, membimbing, dan menggerakkan anggota tim dengan cara yang tepat. Pemimpin yang hebat tentunya akan mencari tahu karakteristik dan gaya kepemimpinan yang pas untuk diterapkan pada anggotanya, sehingga bisa menginspirasi pergerakan politik dan perubahan sosial di lingkungan sekitarnya.
Tidak hanya itu, seorang pemimpin juga berperan untuk memberdayakan tim agar dapat hadir, menghasilkan karya, dan menciptakan inovasi bermanfaat di lingkungan publik. Selama ini, pernahkah kamu mengetahui gaya kepemimpinanmu dalam memimpin tim? Dengan mengetahui gaya kepemimpinan bisa membuatmu memimpin secara efektif dalam tim. Lewat artikel ini, kita akan membahas tiga gaya kepemimpinan dari studi kepemimpinan Lewin’s Leadership Style. Secara umum Lewin membagi kepemimpinan dalam tiga gaya kepemimpinan, diantaranya kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, dan kepemimpinan delegatif (laissez faire). Pernah dengar sebelumnya? Cari tahu sampai akhir yuk!
Studi Lewin’s Leadership Style bermula pada tahun 1939 ketika sekelompok peneliti yang diketuai seorang ilmuwan psikologis bernama Kurt Lewin mulai meneliti dan mengidentifikasi gaya kepemimpinan untuk pertama kalinya. Pada studi awal ini, Lewin menetapkan tiga gaya kepemimpinan utama yang menjadi pionir serta batu loncatan yang sangat berpengaruh pada studi lanjutan mengenai gaya kepemimpinan untuk dikembangkan.
Dalam penelitian, Lewin melibatkan anak-anak sekolah untuk bergabung ke salah satu kelompok dengan kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, atau kepemimpinan delegatif. Anak-anak lalu ditugaskan dalam sebuah proyek seni dan kerajinan singkat, sementara kelompok peneliti mengamati perilaku anak-anak dalam menanggapi gaya kepemimpinan yang berbeda. Hasil studi menemukan, bahwa kepemimpinan demokratis merupakan cara efektif dalam menginspirasi anggota untuk memiliki kinerja yang baik.
Apa itu Gaya Kepemimpinan Lewin?
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai karakteristik kepemimpinan yang dibawa seorang pemimpin dalam mengarahkan dan membimbing anggotanya. Gaya kepemimpinan Lewin merupakan hasil studi kepemimpinan yang menemukan tiga gaya kepemimpinan utama, yaitu kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, dan kepemimpinan delegatif yang memiliki kelebihan dan kekurangan dari setiap kondisi tim.
Tiga gaya kepemimpinan dari Lewin’s Leadership Style diantaranya:
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter dikenal juga sebagai kepemimpinan otoritas yang memberikan tujuan jelas apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan, dan mengarahkan cara menyelesaikannya. Seorang pemimpin dengan kepemimpinan otoriter memiliki kendali penuh untuk menentukan aturan dan prosedur dengan sedikit atau bahkan tanpa melibatkan partisipasi anggotanya.
Hasil penelitian Lewin Kurt mengungkapkan bahwa, tingkat kreativitas anggota yang dipimpin dengan kepemimpinan otoriter sangat rendah dalam pengambilan keputusan karena terbiasa selalu mengikuti arahan dan cara dari pemimpinnya. Studi Lewin tentang gaya kepemimpinan juga menyatakan bahwa kepemimpinan otoriter sulit mengubah gayanya menjadi kepemimpinan partisipatif atau bahkan kepemimpinan delegatif sekalipun.
Namun di sisi lain, kepemimpinan otoriter dapat diterapkan dalam dua kondisi seperti ketika waktu pengambilan keputusan tim hanya sedikit dan saat kondisi di mana hanya pemimpinlah yang memiliki pengetahuan lebih banyak dibanding anggota tim. Pendekatan otoriter bisa menjadi pendekatan yang baik ketika situasi menuntut keputusan cepat dengan tindakan tegas, namun seringnya otoritarian berdampak pada lingkungan tim yang menjadi disfungsional dan tidak bersahabat.
2. Kepemimpinan Demokratis
Pernah dengar kepemimpinan partisipatif? Menurut studi Lewin kepemimpinan demokratis dikenal juga sebagai kepemimpinan partisipatif yang dinilai paling efektif. Pemimpin demokratis tidak hanya mengarahkan, namun juga memberikan bimbingan dan ikut berpartisipasi serta memperbolehkan anggota untuk memberikan gagasan atau saran terbaik mereka. Terbukti dari anak-anak sekolah yang masuk kelompok kepemimpinan demokratis dalam penelitian Lewis dilihat kurang produktif dibanding kelompok otoriter, namun kontribusi mereka lebih berkualitas.
Pemimpin demokratis mendorong anggota untuk berpartisipasi, anggota tim juga merasa terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan dan lebih termotivasi untuk kreatif. Kepemimpinan demokratis membantu menumbuhkan komitmen terhadap tujuan bersama membuat anggota merasa bahwa mereka adalah bagian penting dalam tim.
3. Kepemimpinan Delegatif (laissez faire)
Gaya kepemimpinan delegatif mungkin masih asing buatmu ya, namun kalau kamu merasa pernah dipimpin oleh seorang pemimpin yang lebih sering menyerahkan segala tanggung jawab tim kepada anggotanya tanpa arahan, itulah yang disebut pemimpin delegatif. Dalam praktiknya, kepemimpinan delegatif atau sering disebut kepemimpinan laissez faire hampir tidak pernah atau bahkan sama sekali tidak memberikan bimbingan dan arahan kepada anggotanya, sehingga anggota biasanya merasa pembagian peran yang tidak jelas dan kurangnya motivasi tim.
Penelitian Lewin yang melibatkan anak-anak dalam kelompok kepemimpinan delegatif dinilai paling tidak produktif, lebih banyak menuntut kejelasan, sedikit kerjasama, dan tidak mampu bekerja mandiri. Kepemimpinan delegatif cenderung menghasilkan kelompok yang tidak memiliki arah sehingga anggota kelompok saling menyalahkan.
Kepemimpinan delegatif cocok diterapkan dalam kondisi semua anggota memiliki keahlian dan kualifikasi yang tinggi. Namun tanpa arahan dan bimbingan dari pemimpin, tim dengan anggota yang memiliki kualifikasi tinggi sekalipun, tidak dapat bekerja maksimal dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
baca juga : Kepemimpinan Bersama
Kepemimpinan era 5.0
Selain gaya kepemimpinan dari Lewin, ada juga gaya kepemimpinan era society 5.0 yang sering diterapkan dalam praktik kepemimpinan saat ini, diantaranya kepemimpinan transformasional, kepemimpinan empati, dan kepemimpinan kolaboratif.
1. Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional pertama kali dikenalkan pada tahun 1970-an yang kemudian dikembangkan oleh peneliti Bernard M. Bass yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional mampu menginspirasi dan memotivasi anggota untuk mengarah pada perubahan positif pada tim.
Pemimpin transformasional cenderung cerdas secara emosional, energik, dan bersemangat. Tidak hanya berkomitmen membantu tim dalam mencapai tujuan bersama, namun juga membantu mengembangkan potensi anggota. Penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional menghasilkan kinerja dan kepuasan tim yang lebih tinggi. 31 studi juga menunjukkan kepemimpinan transformasional meningkatkan kesejahteraan antar anggota tim.
baca juga : Memimpin Perubahan Nyata Menggunakan Kepemimpinan Transformasional Versi Burns
2. Kepemimpinan Empati
Kepemimpinan empati merupakan kemampuan memimpin dengan memahami kebutuhan, pikiran, dan perasaan anggota. Gaya kepemimpinan ini dinilai sebagai gaya kepemimpinan yang paling dibutuhkan di masa pandemi saat ini, dimana kebanyakan dari tim maupun organisasi menjalani aktivitasnya secara daring, maka pemimpin perlu menumbuhkan sifat empati dalam tim.
Kepemimpinan empati selalu menempatkan dirinya di posisi anggotanya dalam mempertimbangkan dan mengambil keputusan juga berfokus pada perasaan anggotanya menggunakan emosional empati. Seorang pemimpin empati senantiasa melibatkan kepedulian dan menumbuhkan rasa saling melengkapi antar anggota tim. Hasil studi menyatakan sifat empati berkontribusi dalam meningkatkan kreativitas, ketertarikan, kesadaran, dan inklusivitas anggota tim.
3. Kepemimpinan Kolaboratif
Gaya kepemimpinan era society 5.0 yang tak kalah penting adalah kepemimpinan kolaboratif. Kepemimpinan kolaboratif merupakan cara memimpin dengan mengutamakan saling berbagi peran, sehingga setiap anggota merasa memiliki tanggung jawab penting dalam tim.
Dalam bekerja sama, kepemimpinan kolaboratif akan memastikan bahwa setiap kolaborasi menguntungkan semua pihak. Seorang pemimpin kolaboratif juga membentuk tim yang efektif, artinya seorang pemimpin dapat melibatkan beragam bakat anggota untuk berkolaborasi. Dengan begitu, dapat menghasilkan lingkungan tim yang percaya kepada pemimpinnya.
Lewin’s Leadership Style merupakan studi tentang gaya kepemimpinan pertama kali pada tahun 1970-an yang kemudian dikembangkan oleh peneliti lainnya. Di antara tiga gaya kepemimpinan Lewin yaitu, kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, dan kepemimpinan delegatif. Selanjutnya di era society 5.0 saat ini studi gaya kepemimpinan terus berkembang. Di antara gaya kepemimpinan yang dibutuhkan dan biasa diterapkan yaitu, gaya kepemimpinan transformasional, kepemimpinan empati, dan gaya kepemimpinan kolaboratif.
Setelah mengetahui banyak gaya kepemimpinan lewat artikel ini, saatnya kamu memilih gaya kepemimpinan mana yang pas diterapkan pada timmu. Sudah menjadi tugas seorang pemimpin untuk terus belajar dan beradaptasi dengan hal baru yang lebih baik. Semoga artikel ini bermanfaat ya, mulai saat ini yuk berikan peran terbaikmu menjadi pemimpin di timmu.
Referensi:
Lewin Kurt. Patterns of Aggressive behavior in experimentally created “Social climates”. (March, 1939).
Choi SL, Goh CF, Adam MB, Tan OK. Transformational leadership, empowerment, and job satisfaction: The mediating role of employee empowerment. (1 Dec, 2016).
Photo by Jason Goodman