Berekspektasi Tinggi terhadap Diri Sendiri, Bagus Tidak Sih?

Bagikan ke

ABSTRAK | Setiap orang pasti memiliki ekspektasi. Berekspektasi bisa berakibat baik maupun buruk tergantung cara pengelolaannya. Bagi pemimpin, memahami cara mengontrol ekspektasi terhadap diri sendiri adalah kemampuan wajib supaya tidak terjerumus kepada bahaya-bahayanya. Namun, jika ekspektasi dibiarkan menjulang tinggi tanpa ada kontrol, dampaknya dapat merugikan diri sendiri dan juga orang di sekitar. 

Kita mungkin sering mendengar bahwa berekspektasi itu sewajarnya saja supaya tidak kecewa. Meski demikian, kita juga tidak jarang mendengar bahwa berekspektasi yang tinggi itu penting untuk mendorong kita supaya bisa mencapai tujuan yang maksimal. Anda sebagai pemimpin pasti juga tidak jarang berekspektasi ke diri sendiri supaya dapat terus berkembang setiap harinya. Lalu bagaimana seharusnya kita berteman dengan ekspektasi? 

Kali ini Pemimpin.id berkesempatan untuk mewawancarai Mutiara Maharini sebagai Psychologist Trainee Universitas Indonesia dan Satryo Anugerah Wibowo sebagai Human Resource Practitioner tentang bagaimana pandangan mereka mengenai ekspektasi ke diri sendiri. 

Apa Itu Ekspektasi?

Jika mengacu dari KBBI, ekspektasi artinya pengharapan. Secara umum, ekspektasi berarti keyakinan yang diharapkan akan menjadi kenyataan di masa depan. Maka, ekspektasi ke diri sendiri artinya adalah pengharapan kepada diri sendiri supaya target atau harapan bisa terwujud di masa depan. Menurut Satryo, ekspektasi terjadi karena ada gap atau jurang pencapaian antara diri sendiri dengan orang lain. 

Seperti Apa Contoh Ekspektasi yang Tinggi terhadap Diri Sendiri?

Mahari memberikan contoh sederhana tentang ekspektasi yang sudah terlalu tinggi ke diri sendiri, “Ekspektasi yang tinggi tidak melulu harus ekstrem seperti ingin menjadi seorang presiden. Sesederhana ingin selalu bangun pagi jam 5, berolahraga, lalu membuat sarapan, bersepeda ketika ke kantor, berharap hasil detail kerjaan di kantor selalu bagus, dan beribadah panjang di sela-sela istirahat, ini sudah termasuk berekspektasi yang terlalu tinggi,” pungkas beliau. Ternyata ekspektasi tinggi itu bisa terjadi setiap harinya dan bukan selalu tentang harapan 5 atau 10 tahun mendatang. 

Sedangkan bagi pemimpin terdapat contoh lain yang mungkin tidak sesederhana sebelumnya, seperti berharap bahwa dirinya akan mampu mengelola seluruh divisi dan berharap selalu berhasil saat bernegosiasi dengan investor. Ini adalah sedikit gambaran mengenai bentuk-bentuk ekspektasi yang tinggi. 

Dampak Buruk dari Berekspektasi Terlalu Tinggi 

Sumber gambar: unsplash.com

Di bawah ini dampak-dampak buruk menurut Mahari dan Satryo jika kita terus menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri:

    1. Low self-esteem
      Rendahnya kepercayaan diri ini ialah akibat dari kegagalan-kegagalan karena terlalu menaruh ekspektasi yang tinggi. Kepercayaan diri yang rendah ini juga karena kita memiliki keyakinan diri yang keliru, misalnya berkeyakinan bahwa, “Saya harus sempurna biar diterima orang lain.” Alhasil, ia akan selalu menuntut dirinya agar selalu sempurna supaya dapat diterima oleh orang lain. Namun, pada kenyataannya tidak semudah yang dieskpektasikan.
    2. Mood Menjadi Tidak Stabil
      Dalam pekerjaan, jika Anda selalu berekspektasi terlalu tinggi sampai ke detail pekerjaan, lalu sekali saja Anda dihadapkan dengan detail yang tidak sesuai dengan ekspektasi maka mood Anda akan mudah memburuk dan tidak stabil sehingga dapat memengaruhi pengambilan keputusan.
    3. Sumber Kegagalan dalam Hubungan
      Hubungan interpersonal yang baik adalah hubungan yang mampu mengatur ekspektasi antara kedua pihak termasuk ekspektasi terhadap hubungan itu sendiri. Jika menaruh ekspektasi terlalu tinggi dan cenderung kaku, hubungan akan mudah retak karena tidak mampu menyesuaikan dinamika kehidupan.
    4. Tidak Akan Pernah Puas
      Sehebat apapun pekerjaan Anda, semaksimal apapun usaha Anda, kalau ekspektasi masih terlalu tinggi maka tidak akan pernah merasakan kepuasan. Dengan kata lain, menjadi perfeksionis. Jika terus berkepanjangan maka menurut Mahari bisa berdampak terhadap perasaan yang rendah diri. Tentu ini adalah kondisi yang sangat tidak baik bagi seorang pemimpin.
    5. Performa Tim yang Buruk
      Hasil ekspektasi yang tinggi mungkin akan baik di beberapa hari awal, namun untuk beberapa hari berikutnya pasti Anda akan mengalami stres, kelelahan, dan berakibat rendah diri. Jika Anda, sebagai pemimpin, berada di posisi yang stres, lelah, serta rendah diri, maka dampaknya tentu bukan hanya kepada diri Anda sendiri melainkan ke seluruh tim.

Itulah dampak buruk jika ekspektasi dibiarkan menjulang terlalu tinggi tanpa ada kontrol, hal itu dapat berpotensi membuahkan hasil yang buruk. 

Di lain sisi, Satryo menyampaikan bahwa sebenarnya ekspektasi secara umum bisa berbuah baik atau buruk tergantung bagaimana Anda mengontrol hal tersebut. Penelitian juga menunjukkan bahwa ekspektasi sangat bisa berdampak positif. 

Ekspektasi itu bisa berbuah baik atau buruk tergantung cara Anda mengontrol hal tersebut. 

Satryo A. Wibowo

Terus Bagaimana Cara Mengontrol Ekspektasi supaya Tetap Berdampak Positif?

 


Sumber gambar: unsplash.com

  1. Sadar
    Perlu sadar terlebih dahulu bahwa Anda sedang berekspektasi terlalu tinggi, lalu tanyakan ke diri sendiri apakah realistis atau tidak, kemudian evaluasi kembali ekspektasi Anda.
  2. Miliki Alasan dan Action yang Konkrit
    Ketahui alasan yang jelas serta action konkrit di balik tujuan Anda untuk memastikan target yang Anda tentukan realistis. 
  3. Fokus terhadap Hal yang Bisa Dikontrol
    Ada hal yang tidak bisa dikontrol, sebaliknya ada hal yang bisa kita kontrol. Cukup fokus saja terhadap hal yang bisa kita kontrol, tidak perlu terlalu risau dengan hal-hal yang tidak bisa dikontrol. Cara ini diambil dari filsafat stoisisme.
  4. Fleksibilitas terhadap Target
    Tidak perlu kaku dengan target, cukup berpegang dengan value diri Anda. Berlatihlah untuk fleksibel terhadap target dan kuncinya jangan sampai melenceng dari value diri.
  5. Belajar Memaafkan Diri Sendiri
    Belajarlah memaafkan diri sendiri atas kegagalan yang pernah dikerjakan. Setiap kegagalan adalah pembelajaran sekaligus proses yang pasti akan dilewati setiap manusia.
  6. Mindfulness
    Berlatih mindfulness seperti latihan bernapas dan khusyuk dalam beribadah guna menciptakan stabilitas emosi dan pikiran.

Menurut penelitian, menentukan target yang menantang dan ekspektasi yang tinggi pada dasarnya tidak masalah asalkan tetap harus realistis supaya mencapai garis akhir sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian bagi Mahari manajemen ekspektasi adalah proses seumur hidup yang akan terus dirasakan oleh setiap manusia yang ingin berkembang. Sedangkan menurut Satryo setiap orang wajib memahami segala konsekuensi atas ekspektasi yang ia pilih. Oleh karena itu, terutama bagi pemimpin penting untuk dapat memahami dan mengimplementasikan makna ekspektasi yang benar agar tidak terjerumus terhadap bahaya dari ekspektasi yang tinggi. 

_____________ _________________________________________________________

Referensi

Stenger, M. (2019). How Expectations Influence Performance. InformED. https://www.opencolleges.edu.au/informed/features/expectations-influence-performance/

Briggs, S. (2015). 25 Ways to Develop a Growth Mindset. InformED. https://www.opencolleges.edu.au/informed/features/develop-a-growth-mindset

Pemimpin.ID
Author: Pemimpin.ID

Pemimpin.id adalah sebuah Gerakan Pemberdayaan Kepemimpinan Indonesia melalui konten dan program kreatif.

Follow us