hari
jam
menit

29 hari menuju 

Lead The Fest 2023

Mengenal Survivorship Bias, Red Flag Bagi Para Pemimpin!

Bagikan ke

Sumber: www.pexels.com

Oleh Khurotu Dini – Volunteer Content Writer Pemimpin.id

Abstrak — Apakah kamu pernah mendengar kisah sukses orang-orang yang tidak menyelesaikan pendidikannya seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg?  Lantas, terbentuk persepsi bahwa menempuh pendidikan tinggi itu tidak penting? Saat membaca buku motivasi atau mengikuti seminar tokoh-tokoh sukses pasti kamu termotivasi untuk mencoba cara yang mereka lakukan. Namun, pernahkah terpikir jika tokoh-tokoh tersebut juga pernah gagal? Bagaimana cara mereka menghadapinya? Apakah semua orang bisa mendapatkan hasil yang sama dengan usaha? Kalau selama ini kamu hanya melihat keberhasilan tanpa mempertimbangkan hal lain, hati-hati ya. Bisa jadi kamu terserang survivorship bias atau bias bertahan hidup. Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut!

Apa itu Survivorship Bias?

Survivorship bias adalah cara berpikir seseorang dengan hanya melihat realita yang diketahui saja tanpa mempertimbangkan informasi yang belum diketahui. Singkatnya, hasil yang gagal atau tidak berhasil akan diabaikan. Pemikiran seperti, “Dia bisa, aku juga pasti bisa” ternyata memiliki dampak buruk, lho!

Pola pikir tersebut termasuk dalam kesalahan logika berpikir. Eva M. Krackow, seorang psikolog asal Inggris, menjelaskan bahwa cara berpikir seperti ini mendorong seseorang sulit untuk memperhitungkan keberhasilan secara keseluruhan. Akibatnya seseorang akan sering melakukan kesalahan. Hal ini karena ia hanya fokus pada satu faktor saja dan tidak melihat keseluruhan faktor. Padahal, memandang suatu kasus secara menyeluruh bisa membantu menentukan keputusan yang tepat. 

Survivorship bias sering terjadi dalam dunia organisasi maupun bisnis. Mari kita ingat sosok selebritis kondang, Raffi Ahmad dan pengusaha sukses, Rudy Salim. Mereka berdua sama-sama sukses tanpa memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Fakta ini membuat banyak orang yakin bahwa semua orang bisa sukses asalkan selalu berusaha seperti mereka berdua. Anggapan tersebut tidak bisa ditelan mentah-mentah. entu ada banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan.

Contoh Survivorship Bias Pada Pemimpin

Sebenarnya, survivorship bias seringkali ditemukan di sekitar kamu, atau tanpa sadar kamu juga mengalaminya? Mari kita lihat dalam kasus berikut!

Saat ini kamu memimpin sebuah proyek konser musik perayaan anniversary perusahaan dengan mengundang penyanyi terkenal seperti Rossa, Marion Jola, dan Tulus. Kamu memasang target yang tinggi, karena tahu tiket acara tersebut akan cepat laku, seperti kesuksesan acara kompetitormu kemarin dengan mengundang bintang tamu yang sama. Kamu dan tim mengkonsep acara lebih meriah daripada kompetitor.

Namun, ternyata di puncak acara semua rencanamu tidak berjalan dengan baik, target tidak tercapai, bahkan tiket tidak terjual habis. Kamu kecewa dan memarahi tim yang sudah berjuang membuat acara sesempurna mungkin, membandingkannya dengan kompetitor, “Acara mereka yang biasa saja bisa sukses, punya kita kok tidak?”. 

Kira-kira kenapa acaramu gagal, padahal acaranya tidak jauh berbeda dengan kompetitor?

Jawabannya adalah kesalahan terjadi sejak kamu berpikir acaramu akan sesukses acara kompetitor karena mengundang bintang tamu yang sama. Mengapa demikian? Karena, kamu tidak meninjau lebih jauh apa yang dipersiapkan kompetitor saat menggelar acaranya. Bisa jadi mereka juga sempat mengalami kegagalan yang sama, namun mereka mampu mengatasinya dengan strategi yang tepat. Sebuah plot twist bukan?

Satu lagi contoh survivorship bias yang populer adalah kisah Abraham Wald, ahli statistik yang meneliti tentang pesawat terbang Perang Dunia II. Wald bersama timnya menganalisis letak kekuatan pesawat untuk mengurangi kerugian akibat serangan musuh. 

Sumber: McGeddon – Own work, CC BY-SA 4.0

Wald mengumpulkan data lubang bekas tembakan dari pesawat-pesawat yang kembali dari medan pertempuran. Dalam data yang terkumpul, ditemukan banyak pesawat yang terkena peluru di daerah sayap dan badan tengah pesawat. Sementara di bagian kokpit, baling-baling, dan buritan masih utuh, tidak mengalami kerusakan. Berdasarkan hal ini, menurutmu, bagian pesawat manakah yang perlu diberi perlindungan tambahan?

Jika jawaban kamu adalah bagian sayap dan lambung tengah pesawat, berarti kamu telah terkena cara berpikir survivorship bias. Karena kamu memusatkan perhatian pada apa yang kamu tahu dan mengabaikan kemungkinan lain yang belum kamu ketahui, sehingga menuju pada hasil yang salah.

Jawaban yang benar adalah di bagian kokpit, baling-baling, dan buritan. Jika pesawat bisa kembali dari medan pertempuran dengan sayap dan lambung tengah yang berlubang oleh peluru, maka kedua bagian ini bukanlah bagian yang paling penting. Hanya sedikit pesawat yang kembali dengan bagian kokpit, baling-baling, dan buritan yang berlubang mengartikan hanya sedikit pesawat yang tertembak di ketiga bagian tersebut yang dapat selamat. Maka, bagian pesawat yang harus diperkuat adalah bagian kokpit, baling-baling, dan buritan.

Cara Mengatasi Survivorship Bias Bagi Para Pemimpin
  1. Realistis dan melihat dari berbagai sudut pandang
    Pertama-tama, kamu harus cermat ketika mendapat informasi dan melihatnya dari berbagai sudut pandang. Tidak peduli sepahit apapun kegagalan yang kamu dengar, jadikan kegagalan sebagai pelajaran untuk mengambil keputusan. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi terlalu percaya diri bisa meraih kesuksesan bisa berpotensi menjadi bumerang yang menyerang diri sendiri. Pemimpin yang baik adalah kamu yang bisa mengapresiasi keberhasilan dan mengevaluasi kegagalan dengan realistis.
  2. Kenali kelebihan dan kelemahan diri
    Sebagai seorang pemimpin, tantangan merupakan hal yang akan selalu datang menghampiri. Jika kamu tidak mengambil langkah yang tepat, maka tantangan tersebut akan menyerang kelemahanmu. Oleh karena itu, kelemahan diri itu penting untuk dikenali dan dievaluasi untuk menjadi pemimpin yang tegas dan bijaksana.
  3. Perbanyak relasi dan lingkungan pertemanan
    Memiliki banyak teman serta relasi yang luas memberimu lebih banyak kesempatan untuk berkembang. Bagi pemimpin, relasi sangat dibutuhkan. Membangun komunikasi dengan banyak orang bisa menambah wawasan dan pengalaman selain dengan membaca buku.

Cara berpikir survivorship bias ini cenderung menerima realitas dari satu sisi saja. Akibatnya timbul sikap terlalu percaya diri akan berhasil tanpa menganalisis kemungkinan yang akan terjadi. Itulah, mengapa pola pikir ini lebih baik dihindari agar bisa menghasilkan tindakan yang lebih bijak. Sudahkah kamu menganalisis kegagalanmu di hari kemarin?

Referensi:

The Decision Lab. Why Do We Misjudge Groups By Only Looking At Specific Group Members? The Survivorship Bias Explained. https://thedecisionlab.com/biases/survivorship-bias/

Kroclow, E. 2021. How to Beat Survivorship Bias. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/stretching-theory/202108/how-beat-survivorship-bias

BBC. How ‘survivorship bias’ can cause you to make mistakes. https://www.bbc.com/worklife/article/20200827-how-survivorship-bias-can-cause-you-to-make-mistakes

Pemimpin.id
Author: Pemimpin.id

Follow us