Oleh: Muwardi Sutasoma*
Sekitar 2 minggu yang lalu, saya bertemu dengan salah seorang keluarga jauh saya di Malang. Beliau merupakan mahasiswa angkatan 90an dan sekarang sudah bekerja sebagai PNS di salah satu instansi di Kota Malang. Kemudia kami berdiskusi tentang tentang aktifitas beliau selama kuliah. Pada intinya beliau adalah orang yang sangat tidak sepakat dengan mahasiswa yang beorganisasi. Karena dengan berorganisasi, maka mahasiswa akan lupa akademiknya.
Akibatnya mereka akhirnya lulus lama, bahkan tidak lulus, dan itu sangat buruk bagi keluarga. Selain itu, alasan beliau melarang seseorang untuk berorganisasi adalah akan menghabiskan banyak uang dari orang tua. Bagaimana tidak, di dalam organisasi pasti akan ada kaos, jaket dan urunan untuk membiayai kegiatan dan itu semua mengabiskan uang. Sedangkan kebanyakan mahasiswa banyak yang masih meminta biaya dari orang tuanya.
Bagi saya, anggapan keluarga saya tersebut tidak sepenuhnya salah. Karena memang beliau adalah adalah generasi yang kuliah di tahun 1990an. Pada zaman itu, banyak mahasiswa yang memutuskan aktif di organisasi memang lulusnya lama, bahkan banyak yang di Drop out. Hal ini terjadi karena aktifis generasi tahun 1990an banyak melakukan demo untuk menuntut reformasi. Hal itu membuat keluarga saya tersebut cenderung skeptis pada aktifis dan cenderung menyarankan untuk tidak berorganisasi agar cepat lulus dan cepat daftar kerja.
PERUBAHAN PARADIGMA AKTIVIS
Apakah trend aktivis lulus lama dan lupa akademik masih relevan di zaman sekarang? Itu adalah pertanyaan sering saya dapatkan ketika mengisi di kalangan mahasiswa sekarang. Bahkan ada yang bertanya, apakah akademik dan organisasi bisa menjadi satu hal yang saling mendukung?
Ketika berdiskusi dengan beberapa kawan-kawan yang menjadi aktifis di kampus, terutama kawan-kawan angkatan 2010 keatas, trend aktivis lulus lama dan lupa akademik adalah trend yang sudah ditinggalkan. Banyak mahasiswa sekarang sudah mampu menyeimbangkan antara akademik dan organisasi. Dengan kata lain, organisasi dan akademik adalah dua hal yang tidak lagi perlu untuk dipertentangkan.
Bahkan, dalam pemilihan ketua organisasi di kampus, seperti BEM, DPM, Ketua Himpunan dan organisasi lainnya, mahasiswa sekarang cenderung memilih mahasiswa yang secara akademik dan organisasi yang bagus. Tidak heran jika mahasiswa dengan gelar mawapres cenderung lebih mudah dijual dan dipilih dalam pemilihan. Hal ini karena mahasiswa sekarang menganggap bahwa mahasiswa yang memiliki akademik dan organisasi yang bagus bisa menjadi contoh bagi mereka.
KESEIMBANGAN ANTARA AMANAH ORANG TUA DAN AKTIFITAS ORGANISASI
Tugas utama seorang mahasiswa ketika diutus oleh orang tua ke kampus adalah untuk belajar dan memiliki akademik yang bagus. Selama nilai akademiknya bagus, orang tua sebenarnya tidak memiliki masalah dengan anaknya mau aktif di organisasi atau tidak. Jadi selama nilai akademik bagus, orang tua akan mendukung anaknya untuk segala aktifitasnya di kampus. Namun, banyak orang tua yang melarang anaknya untuk ikut berorganisasi karena nilai anaknya ketika ikut organisasi semakin buruk.
Jadi tugas utama seorang mahasiswa yang aktif di organisasi adalah memastikan nilai akademiknya bagus, agar tidak ada pertanyaan dari orang tua terkait nilai akademik. Pastikan bahwa anda adalah seorang mahasiswa yang bertanggung jawab terhadap amanah dari orang tua.
KENAPA MENJADI SEORANG AKTIFIS ITU PERLU?
Memiliki akademik yang bagus adalah tugas utama seorang mahasiswa dihadapan orang tuanya. Adapun menjadi seorang aktifis adalah pilihan. Akibatnya, masih banyak mahasiswa yang sama sekali tidak mau ikut berorganisasi. Hal ini karena masih kurangnya kesadaran dari mahasiswa akan pentingnya berorganisasi. Banyak yang menganggap ikut organisasi tidak memberikan apapun kepadanya. Padahal di dalam organisasi kita bisa belajar banyak hal, yaitu:
- Kemampuan komunikasi
Memiliki tujuan yang baik, jika tidak disampiakan dengan baik, cenderung akan diterima dengan tidak baik. Sehingga kemampuan berkomunikasi sangat menentukan penerimaan orang terhadap pribadi kita. Dan Di dunia organisasi, seorang aktfifis tentu terbiasa dengan berlatih berkomunikasi. Bagaimana tidak, setiap minggu mereka harus berdiskusi dan menyampaikan pendapat satu sama lain dalam aktifitas organisasinya.
- Manajemen konflik
Seseorang yang tidak pernah berkonflik cenderung menganggap konflik sebagai musibah. Tetapi seseorang yang lama di organisasi cenderung melihat konflik sebagai sesatu hal yang positif. Karena dengan adanya perbedaan pandangan, maka kita melihat suatu masalah dalam sudut pandang yang lebih komprehensif. Sudut pandang yang komprehensif membuat keputusan menjadi lebih baik karena telah melalui telaah yang lebih matang.
- Manajemen waktu
Orang sukses adalah orang yang bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Di organisasi, kita diajarkan untuk menjadi orang yang bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Kesibukan kuliah, laporan, dan amanah organisasi melatih seorang yang aktif di organisasi menjadi lebih pandai memanfaatkan waktunya.Sehingga setelah lulus, seorang aktfifis cenderung tetap bisa berkarya meski kesibukannya banyak di dunia kerja.
- Kerjasama
Seorang aktifis terbiasa dengan kerjasama. Dunia pasca kampus sebenarnya adalah tentang kerjasama antar individu untuk mencapai tujuan yang sama. Karena terbiasa dengan bekerjasama, seorang aktfifis bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Kecepatan seorang aktfifis beradaptasi dan bekerjasama membuat dia menjadi lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain. Sehingga untuk menjadi banyak urusann ya lebih mudah.
- Kemampuan berpikir kritis
Di dalam sebuah organisasi, pasti pernah ada persoalan besar yang harus dihadapi. Persoalan ini memaksa para aktfifis untuk berpikir kritis. Melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Oportunities, Threats) untuk mengambil kebijakan terbaik. Kemampuan berpikir kritis ini nanti di pasca kampus, akan sangat penting.
Kematangan dalam mengambil keputusan berdasarkan analisis yang matang akan sangat mempermudah seorang aktifis di dunia pasca kampus.
- Membina relasi
Saya adalah orang yang percaya bahwa selain kapasitas, relasi adalah hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang yang ingin sukses di masa depan. Seorang yang tidak memiliki relasi, berkembangnya menjadi lebih sulit.
Jika kita mengumpamakan manusia sebagai seorang mobil, kapasitas manusia ibarat mesin dan relasi adalah jalan. Kedua mobil yang memiliki spesifikasi yang sama jika berjalan di jalan yang berbeda dengan tujuannya sama tetapi satu jalan adalah jalan beraspal dan satu jalan adalah jalan makadam, pasti sampainya juga akan berbeda. Mobil yang lewat jalan beraspal tentu akan sampai lebih cepat. Begitu pula manusia, jika kapasitas dua orang manusia sama, tetapi satu punya relasi bagus dan satunya tidak, pasti lebih cepat orang yang memiliki relasi bagus.
BAGAIMANA ORGANISASI BERPENGARUH DI DALAM KARIER?
Organisasi kampus adalah tempat untuk belajar terbaik untuk karier masa depan. Karier kita di masa depan di tentukan oleh apa yang kita lakukan di kampus. Seorang yang selama di kampus aktif berorganisasi cenderung memiliki karier yang bagus. Hal ini karena mereka lebih matang ketika bekerja.
Kemarin saya diskusi dengan beberapa orang kawan saya yang sama-sama aktif dikampus. Sekarang mereka menjadi konsultan UMKM, PNS, CEO start up dan manajer di sebuah perusahaan jilbab. Kesimpulan kami hampir sama, saat kami OR pegawai baru, seorang HRD perusahaan atau CEO suatu perusahaan, tidak betul-betul fokus melihat IPK. Hal pertama yang dilihat adalah pengalaman organisasi dia selama di kampus. Karena pengalaman dia selama berorganisasi di kampus, menunjukkan kedewasaan dia. Seseorang yang ditempa di organisasi cenderung memiliki kematangan secara emosi dan kemampuan mengambil keputusan.
Selain itu, saya pernah bekerja di sebuah perusahaan StartUp Kesehatan yang sangat terkenal di Indonesia. Beberapa kali saya diminta menginterview pegawai baru. Terus terang, saya tidak fokus melihat IPKnya. Saya melihat jabatannya di organisasi. Karena hal itu menunjukkan sejauh mana kapasitasnya ketika bekerja. Dan ketika saya melihat CV seorang pelamar, dia tidak memiliki pengalaman di kampus, saya langsung menaruhnya di tong sampah. Karena memang, IPK tidak menunjukkan kapasitasnya untuk bekerja, kecuali dia melamar sebagai dosen dan peneliti, mungkin IPK adalah hal yang sangat penting..
BAGAIMANA TREND SDM MASA DEPAN DAN APA KAPASITAS APA YANG PERLU DI UPGRADE?
Di era revolusi industri 4.0, dimana semua lini kehidupan sangat bergantung di internet, banyak sekali pekerjaan yang hilang karena tergantikan oleh robot. Diprediksi, semua pekerjaan yang melakukan pekerjaan repeat atau pengulangan akan digantikan oleh robot atau komputer. Bahkan menurut prediksi dari Riset Mckinsey Global Institute, sebanyak 800 juta pekerjaan akan hilang digantikan dengan automasi pada tahun 2030.
Oleh karena itu, SDM harus meningkatkan hard skill dan soft skill agar tidak tergantikan oleh robot maupun komputer. Khusus mengenai softskill, center for entrepreneurship education and development, halifac, Nova Scotia, pada tahun 2004 mengungkapkan bahwa terdapat 23 softskill yang harus dimiliki oleh SDM di masa mendatang yaitu inisiatif, etika/integritas, berfikir krisis, kemauan belajar, komitmen, motivasi, bersemangat, dapat diandalkan, komunikasi lisan, kreatif, kemampuan analitis, dapat mengatasi stress, manajemen diri, menyelesaikan persoalan, dapat meringkas, berkooperasi, fleksibel, kerja dalam tim, mandiri, mendengarkan, tangguh, berargumen logis dan manajemen waktu. Dengan memiliki kemampuan tersebut, SDM masa depan tidak akan tergantikan oleh robot maupun mesin.
Oleh karena itu, Manfaatkan masa muda dengan belajar banyak hal. Perbanyak softskil. Karena masa muda anda akan mencerminkan masa depan anda. Kalau masa muda anda banyak belajar, maka masa depan anda cerah. Kalau masa muda anda hanya foya-foya maka anda akan merasakan masa tua yang menderita. Hal-hal hebat di masa depan adalah akumulasi hal-hal kecil yang anda lakukan dimasa sekarang.
*Mahasiswa S3 Ilmu Fisika Universitas Brawijaya. Materi ini disampaikan saat mengisi di acara MITI KM Mahasiswa dengan tema aktif berorganisasi sebagai bekal berkarier di masa depan.