Jakarta, Indonesia – Tanggal 26 November 2021 lalu, Pemimpin.id menyelenggarakan program diskusi daring, Teras Belajar yang kini sudah genap berjalan satu tahun dengan tema Menjadi Pemuda Kritis dengan Literasi Digital yang kolaborasi bersama Ruang Diskusi.
Seperti namanya, Teras Belajar merupakan ruang diskusi yang terinspirasi dari R. A Kartini yang menggunakan teras rumahnya menjadi tempat belajar bagi masyarakat sekitar yang kemudian Teras Belajar dijadikan sebagai wadah temu virtual bagi pemuda dan tokoh penggerak bangsa dengan berbagai latar belakang agar dapat saling berdiskusi dan belajar bersama mengenai topik relevan dalam kehidupan.
Pada tema Menjadi Pemuda Kritis dengan Literasi Digital kali ini, Teras Belajar mengundang dua teman diskusi, yakni Rana Rayendra (CEO of Bicara Project) dan Anggini Setiawan (Head of Corporate Communication Ruangguru) dengan latar belakang komunikasi digital. Program ini dihadiri oleh 73 peserta dari seluruh Indonesia.
Bicara soal media sosial ternyata bukan hanya tentang kita pandai menggunakan media dan membuat konten, namun juga tentang kualitas pemahaman kita terhadap dunia digital. Kak Rana menyampaikan bahwa pentingnya kita sebagai anak muda agar memahami keamanan digital dalam membuat konten berkualitas sekaligus penikmat konten di media sosial.
“Istilah you are what you eat itu ternyata kebawa sampai ke ruang digital. You are what you see. Jadi, kita itu me-reflect apa yang kita tonton di social media kita.” Kak Rana juga mengingatkan para peserta dan kita semua agar mempertimbangkan kualitas konten yang kita tonton berkualitas karena hal tersebut menunjukkan kualitas diri kita dan jangan memberikan panggung kepada content creator yang sekiranya akan menurunkan kualitas kita.
Sama halnya dengan pandangan Kak Anggi Setiawan selaku Head of Corporate Communication Ruangguru, bahwa esensi literasi digital artinya kita mampu bertahan dalam perkembangan teknologi, dapat memanfaatkan dengan baik dan berfungsi dalam memudahkan pekerjaan kita.
“Kita harus tahu nih, misalnya ada bolongan dan kalau ada bahaya kita juga perlu mawas diri, kita harus mampu mengidentifikasi, hal itu masuk ke bagian literasi digital,” ucap Kak Anggi. Tak lupa Kak Anggi mengingatkan kita karena dalam teknologi digital tidak semuanya baik, maka peran kita agar selalu bijak menggunakan teknologi untuk literasi digital.
Di sisi lain sama halnya bertetangga, Kak Anggi menganalogikan dalam literasi digital kita juga harus mampu menjaga orang lain karena sebenarnya dalam dunia digital kita juga bertetangga.
Literasi digital ternyata membawa dampak yang besar bagi kita untuk menjadi lebih kritis. Dahulu sangat sulit mendapatkan informasi, namun sekarang kita kebanjiran informasi. Dua hal tersebut membuat kita harus disiplin, membuat pola hidup berdigital, dan membuat batasan agar teknologi juga dapat memberikan kontribusi dalam menumbuhkan kita. (FS)
Simak selengkapnya di sini www.youtube.com/watch?v=DzFhKolmOJs
